SaungMaman - Penelitian baru yang diterbitkan oleh American Psychological Association telah menemukan jumlah remaja yang membaca menurun pada tingkat yang mengkhawatirkan. Remaja menghindari buku, surat kabar, dan majalah demi media sosial.
Studi baru, yang dipimpin oleh profesor psikologi di San Diego State University Jean M. Twenge, melihat data yang diambil dari Monitoring the Future. Ini merupakan sebuah studi yang sedang berlangsung mensurvei sampel perwakilan nasional sekitar seperdelapan dari 50 ribu siswa kelas 10 dan kelas 12 setiap tahun.
Para peneliti menganalisis hasil survei dari 1976 hingga 2016 yang mencakup penggunaan media digital telah meningkat secara substansial dalam beberapa tahun terakhir. Anak kelas 12 menghabiskan dua jam per hari untuk penggunaan internet selama waktu luang mereka pada 2016 dibandingkan dengan satu jam per hari pada 2006.
Penggunaan internet meningkatkan untuk pengguna yang lebih muda, yakni naik 75 persen untuk siswa kelas 10 dan 68 persen untuk siswa kelas delapan pada periode yang sama. Sebaliknya, tingkat membaca telah turun secara signifikan, kurang dari 20 persen remaja AS sekarang membaca buku, majalah, atau surat kabar setiap hari.
“Waktu di media digital telah membuang waktu untuk membaca atau menonton televisi,” kata Twenge, dilansir dari Malay Mail, Rabu (22/8).
Dengan munculnya e-book dan perangkat digital lainnya, para peneliti terkejut menemukan kebiasaan membaca telah menurun drastis. Padahal sangat mudah membaca buku dan majalah diperangkat elektronik seperti tablet.
“Anda cukup mengunduh edisi majalah atau buku dan mulai membaca. Tetapi (kebiasaan) membaca masih menurun drastis,” ujarnya.
Pada 1990-an, 22 persen siswa kelas delapan melaporkan menonton televisi dalam jangka waktu lima jam atau lebih. Pada 2016, ada 13 persen siswa yang menonton televisi. Peningkatan situs streaming tampaknya juga menjadi alasan jumlah remaja yang pergi ke bioskop menurun.
“Video blockbuster dan VCR tidak membunuh (kebiasaan) pergi ke bioskop, tetapi tampaknya video streaming,” kata Twenge.
Tak dipungkiri lagi, zaman telah jauh berubah. Teknologi yang berkembang begitu pesat telah mengubah begitu banyak sendi kehidupan.
Yang harus diperhatikan oleh para remaja adalah, janganlah perkembangan teknologi dijadikan alasan untuk membenarkan segala hal, tanpa memperhatikan baik buruknya. Sikap bijak dan pandai memilih mana baik mana buruk tetap harus dikedepankan, agar secanggih apapun kemajuan yang terjadi dalam bidang apapun, tidak membuat mereka terjerumus kedalam hal-hal yang dapat merugikan diri sendiri maupun orang lain.
Studi baru, yang dipimpin oleh profesor psikologi di San Diego State University Jean M. Twenge, melihat data yang diambil dari Monitoring the Future. Ini merupakan sebuah studi yang sedang berlangsung mensurvei sampel perwakilan nasional sekitar seperdelapan dari 50 ribu siswa kelas 10 dan kelas 12 setiap tahun.
Para peneliti menganalisis hasil survei dari 1976 hingga 2016 yang mencakup penggunaan media digital telah meningkat secara substansial dalam beberapa tahun terakhir. Anak kelas 12 menghabiskan dua jam per hari untuk penggunaan internet selama waktu luang mereka pada 2016 dibandingkan dengan satu jam per hari pada 2006.
Penggunaan internet meningkatkan untuk pengguna yang lebih muda, yakni naik 75 persen untuk siswa kelas 10 dan 68 persen untuk siswa kelas delapan pada periode yang sama. Sebaliknya, tingkat membaca telah turun secara signifikan, kurang dari 20 persen remaja AS sekarang membaca buku, majalah, atau surat kabar setiap hari.
Baca: 5 Tips Aman Bermain Medsos Buat Anak-anak60 persen dari siswa kelas 12 mengatakan mereka membaca buku atau majalah hampir setiap hari pada akhir 1970-an, sementara itu hanya ada 16 persen yang membaca setiap hari pada 2016. 33 persen dari siswa kelas 10 mengatakan mereka membaca koran hampir setiap hari pada 1990-an. Jumlah ini menurun menjadi hanya dua persen pada 2016, namun lebih dari 80 persen remaja melaporkan menggunakan media sosial setiap hari.
“Waktu di media digital telah membuang waktu untuk membaca atau menonton televisi,” kata Twenge, dilansir dari Malay Mail, Rabu (22/8).
Dengan munculnya e-book dan perangkat digital lainnya, para peneliti terkejut menemukan kebiasaan membaca telah menurun drastis. Padahal sangat mudah membaca buku dan majalah diperangkat elektronik seperti tablet.
“Anda cukup mengunduh edisi majalah atau buku dan mulai membaca. Tetapi (kebiasaan) membaca masih menurun drastis,” ujarnya.
Pada 1990-an, 22 persen siswa kelas delapan melaporkan menonton televisi dalam jangka waktu lima jam atau lebih. Pada 2016, ada 13 persen siswa yang menonton televisi. Peningkatan situs streaming tampaknya juga menjadi alasan jumlah remaja yang pergi ke bioskop menurun.
“Video blockbuster dan VCR tidak membunuh (kebiasaan) pergi ke bioskop, tetapi tampaknya video streaming,” kata Twenge.
Tak dipungkiri lagi, zaman telah jauh berubah. Teknologi yang berkembang begitu pesat telah mengubah begitu banyak sendi kehidupan.
Yang harus diperhatikan oleh para remaja adalah, janganlah perkembangan teknologi dijadikan alasan untuk membenarkan segala hal, tanpa memperhatikan baik buruknya. Sikap bijak dan pandai memilih mana baik mana buruk tetap harus dikedepankan, agar secanggih apapun kemajuan yang terjadi dalam bidang apapun, tidak membuat mereka terjerumus kedalam hal-hal yang dapat merugikan diri sendiri maupun orang lain.